Stress
didefinisikan sebagai suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang
dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Lalu bagaimana mengatasi stress di tempat kerja? Berikut tulisan yang bisa saya sampaikan. SEMOGA BERMANFAAT!!
Stress
is an adaptive response to a situation that is perceived as
challenging or threatening to the person’s well-being .
Jadi
stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap ‘stressor ‘ hal
yang dipandang sebagai menyebabkan
cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun eksternal.
Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa stress bersifat subjektifm
sesuai perspsi orang yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam
bagi seseorang belum tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain. Di sisi lain,
‘stressor’ adalah sumber yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang memberi
tekanan/cekaman terhadap keseimbangan diri mereka.
Ada
3 sumber utama bagi stress, yaitu :
1.
Lingkungan ~ lingkungan kehidupan memberi
berbagai tuntutan penyesuaian diri
-
Cuaca, kebisingan, kepadatan,
-
Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa aman dan harga
diri
-
Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dan keluarga
2.
Fisiologik ~ sumber stress
berasal dari tubuh kita
-Perubahan
kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, meno/andropause, proses menua, kecelakaan,
kurang gizi, kurang tidur, tekanan terhadap tubuh
-Reaksi
tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengakibatkan perubahan
pada tubuh kita, menimbulkan stress.
3.
Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan
Pikiran
menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentukan
kapan
menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna/label pada
pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat
kita relax atau stress.
Menurut
Selye (1984) , stress bisa dibedakan atas dasar sifat stressornya, apakah
peristiwa negative, disebut ’distress’; tetapi bisa juga stress
diakibatkan peristiwa positif, misalnya tiba-tiba mendengar mendapat undian,
atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini stressnya disebut ‘Eustress’
Sumber
stressor tersebut bisa dibedakan dalam 3 bagian berdasarkan peluang
penanganannya, yakni : Pertama, Stressor yang penanganannya hanya
membutuhkan sedikit upaya seperti misalnya kebiasaan belajar; waktu bangun
pagi, diet, dll dimana upaya menanganinya dengan cara memgubah kebiasaan,
membiasakan kebiasaan baru, maka dalam waktu satu-dua minggu dapat berubah. Kedua,
Stressor yang untuk menanganinya membutuhkan upaya yang lebih
sungguh-sungguh, seperti contohnya soal kepercayaan diri, persoalan
hubungan,dst, dimana diperlukan bantuan teknikal untuk menanganinya, seperti
‘percakapan kalbu’, skill komunikasi, manajemen konflik, dst. Ketiga, stressor
yang memang tidak dapat ditangani sepeti kematian orang yang dikasihi. Maka
penanganannya,
perlu
belajar berdamai dengan diri menerima kenyataan tersebut, lalu diatasi dengan
relaksasi, dan upaya spiritual.
Dampak
stress di lingkungan kerja dibedakan dalam 3 kategori:
1.
Dampak
Fisiologik :
Secara
umum karyawan yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti:
mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan
atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang
lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.
2.
Dampak
Psikologik:
·
Keletihan
emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral
bagi terjadinya ‘burn out’ di
lingkungan pekerjaan.
·
Terjadi
‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan kewalahan
/keletihan emosi, karyawan memiliki kecenderungan untuk memperlakuan orang lain
sebagai ‘sesuatu’ daripada ‘seseorang’
·
Pencapaian
kerja karyawan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten &
semangat kesuksesan
3.
Dampak
Perilaku
·
Manakala
stress menjadi distress, kemampuan bekerja menurun dan sering terjadi tingkah
laku yang tidak berterima oleh masyarakat
·
Level
stress yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat informasi,
mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
·
Karyawan
yang ‘over-stressed’ atau stress berat seringkali banyak membolos atau
tidak masuk kerja dalam waktu yang lama.
Setiap
karyawan potensial untuk mengalami stress. Namun demikian, ada kelompok yang
lebih mudah terkena stress (type kepribadian A), ada juga kelompok lain yang
lebih memiliki ketahanan terhadap stress (type kepribadian B). Di kalangan
karyawan, faktor yang seringkali menjadi sumber stressor antara lain sebagai
berikut: tuntutan untuk sukses,
persoalan finansial, persoalan relasi/hubungan,
persoalan penggunaan/manajemen waktu dan pergeseran nilai-nilai.
Ada
sejumlah gejala stress yang bisa dideteksi secara mudah yaitu :
(a)
gejala fisiologik , antara lain :
denyut
jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan
terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan
lambung, dst
(b)
gejala psikologik , antara lain :
resah,
sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak
enak perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb
(c
) gejala tingkah laku, antara lain :
berbicara
cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, gemetaran, perubahan nafsu
makan ( bertambah atau berkurang).
Untuk
mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis strategi pencegahan :
•
Lapis pertama (primary prevention), dengan cara merubah
cara kita melakukan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills
yang relevan, misalnya: skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill
mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst.
•
Lapis kedua (Secondary prevention), strateginya kita menyiapkan diri
menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat ,
meditasi, dst.
•
Lapis ketiga (Tertiary prevention), strateginya kita menangani dampak
stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuan jaringan supportive
(social-network) ataupun bantuan profesional.
Beberapa
hal utama yang harus diperhatikan karena dapat menyebabkan stress di tempat kerja
antara lain:
· -Kondisi
kerja yang selalu berada di bawah tekanan
· --Ketidakjelasan
tugas yang diberikan
· - Kurangnya
perencanaan kerja
· - Adanya
ancaman di kalangan karyawan (komplain dari para konsumen)
· - Teman
kerja yang selalu mengganggu
Ketidaknyamanan fisik, seperti suara mesin yang ribut,
ventilasi yang kurang dan lain sebagainya juga dapat mempengaruhi stress
karyawan. Hal ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik dan mental seperti
: depresi, gelisah, gugup, tidak dapat fokus untuk waktu yang lama dan
keletihan yang berkepanjangan. Gangguan yang terjadi di lingkungan kerja akan
menurunkan kondisi fisik dan mental karyawan.
Dapat kita simpulkan bahwa setiap
karyawan bisa mengalami stress, kadangkala stress dalam lingkungan pekerjaan
merupakan ‘bumbu’ agar hidup dinamis. Namun apabila terjadi stress yang sering
dengan fluktuasi yang besar, maka perlu mendapat perhatian khusus serta lebih
serius dalam menanganinya.
Stress pada karyawan dapat
mempengaruhi produktivitas dan kinerja karyawan yang akan secara langsung
berpengaruh pada tingkat kesuksesan suatu bisnis. Lingkungan yang sehat akan
menumbuhkan semangat di lingkungan kerja karyawan dan menjauhkan karyawan
terhadap stress. Beberapa
cara untuk mengatasi stress di tempat kerja :
1. Rencanakan dengan baik aktivitas anda : apa, mengapa, bagaimana,
kapan dan siapa yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas. Penting sekali
untuk membuat perencanaan bukan hanya jangka panjang tapi juga jangka pendek
(rencana bulanan, rencana harian).
2. Pastinya anda di masa lalu pernah mengalami masalah-masalah di
tempat kerja. Coba ingat-ingat kembali adakah cara-cara yang dapat anda gunakan
untuk mengatasi masalah yang anda hadapi saat ini.
3. Ikutlah membangun iklim kerja yang menyenangkan, yaitu dengan
bersikap terbuka dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja.
4. Pastikan anda mengerti terhadap tugas dan tanggung jawab anda, serta
jangan ragu untuk bertanya.
5. Lakukan beberapa kali break untuk beberapa menit selama anda
bekerja. Santai dan jangan melakukan apapun. Ambil nafas dalam-dalam.
6. Miliki sikap toleransi kepada sesama rekan kerja. Ingatlah bahwa
masing-masing orang adalah pribadi yang unik, sebagai contoh : beberapa orang
justru berprestasi lebih baik di bawah tekanan sementara sebagian yang lain
membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaannya.
7. Delegasikan sebagian tanggung jawab anda kepada anak buah anda.
8. Pertahankan semangat tim anda, misalnya dengan melakukan
perayaan-perayaan kecil, berolahraga atau berekreasi bersama.
9. Sediakan lingkungan kerja yang baik. Minimalkan gangguan-gangguan
seperti suara, ventilasi, cahaya dan suhu yang akan mempangaruhi keadaan fisik
setiap karyawan.